Selasa, 26 Mei 2009

ADHD

attention deficit hyperactivity disorder (ADHD) atau gangguanpemusatan perhatian dan hiperaktivitas (GPPH). Gangguan ini pertama kali dideskripsikan oleh Heinrich Hoffman,penulis buku kedokteran dan psikiatri, tahun 1845. Karena kesulitanmendapatkan buku bacaan yang sesuai bagi anaknya, ia lantas menulisbuku untuk anak. Bukunya, The Story of Fidgety Philip, merupakandeskripsi akurat tentang seorang anak kecil yang mengalami GPPH.Namun, bahasan ilmiah tentang GPPH baru dilakukan tahun 1902dengan terbitnya buku Sir George F Still tentang seri kuliahnya diThe Royal College of Physicians, Inggris. Sejak itu ribuan makalahdipublikasikan para ilmuwan untuk memaparkan gejala, penyebab,gangguan, dan pengobatan GPPH.Menurut Dwidjo Saputro, pendiri Klinik Perkembangan Anak danKesulitan Belajar, GPPH adalah gangguan neurobehavioural ataugangguan perilaku akibat gangguan fisik di otak. Jadi bukan akibatsalah asuhan.Gangguan ini disebut juga gangguan fungsi kognitif danpengendalian impuls. Manifestasinya, anak tidak mampu berkonsentrasidan sangat impulsif atau tidak mampu membuat pertimbangan sebelumbertindak.Cirinya, selain tidak bisa diam, anak juga meledak-ledak danbersikap agresif. Anak tidak mampu berkonsentrasi dan menyelesaikantugas, sering kehilangan alat sekolah, kesulitanmematuhi perintah,banyak bicara tetapi kacau, gaduh, gelisah, dan sering menggangguorang lain.

Gangguan sel otak

Dwidjo mengutip teori pakar psikiatri dari AS, Russel Barkley.Penderita GPPH mengalami gangguan fungsi eksekutif, yaitu merancang,mempertimbangkan, dan melaksanakan suatu tindakan. Kelainan initerjadi pada struktur terdepan dari otak depan (prefrontal cortex). Menurut Dwidjo, penelitian menunjukkan pemberian obat bisameningkatkan fungsi eksekutif. Obat berfungsi meningkatkan sintesadan pelepasan dopamine dan norepinephrine.Kemajuan dunia kedokteran memungkinkan penelitian menggunakanPositron Emission Tomography Scan. Dari pencitraan tampak strukturotak anak GPPH berbeda dengan anak normal.Pada anak dengan GPPH ditemukan dopamine transporter (DAT1) dandopamine reseptor (DRD4) yang mengganggu transportasi dan penerimaandopamine di sel otak. Dalam hal ini pompa yang mengatur keseimbanganpengeluaran dan penarikan kembali dopamine bekerjaterlalu cepatsehingga dopamine yang bertugas mengirim data tidak terdistribusi danmasuk ke sel lain dengan baik.Selain GPPH murni, GPPH bisa juga disebabkan oleh kondisi mediklai,n seperti epilepsi atau keterbelakangan mental. Karena itu,dokter harus memeriksa secara teliti.Menurut booklet yang diterbitkan National Institute of MentalHealth, AS, ada tiga subtipe GPPH, yaitu tipe hiperaktif-impulsif,tipe inatentif (tidak mampu berkonsentrasi), dan tipe kombinasi.Dwidjo menyatakan, prevalensi umum GPPH dunia adalah 5-8 persen.Di Indonesia belum ada angka resmi, tetapi penelitian Dwidjo tahun2001-2004 pada 4.013 anak di 10 SD di Jakarta menunjukkan, 25,2persen siswa memperlihatkan indikasi GPPH. Rinciannya, 15 persensulit berkonsentrasi (tipe inatentif) dan sisanya terbagi antara tipehiperaktif-impulsif serta tipe kombinasi."GPPH perlu segera diobati. Jika tidak, bisa menimbulkan dampak.Di keluarga, hal ini menyebabkan anak mengalami kesulitan belajar danorangtua frustrasi. Di sekolah, anak GPPH bisa dicap sebagai anaknakal,bodoh, atau malas," ujar Dwidjo.Anak GPPH perlu mendapat obat untuk membantu meningkatkankemampuan belajar dan mengontrol perilaku. Dengan bertambahnya usia,fungsi eksekutif bisa membaik, anak bisa berkonsentrasi dan perilakulebih terkendali sehingga pemberian obat bisa dihentikan.Jika anak yang tidak mendapat pengobatan secara baik, GPPH bisaberlanjut sampai remaja dan dewasa. Remaja GPPH cenderung mengalamikecelakaan akibat kurang hati-hati, terlibat kenakalan remaja ataumenjadi penyalah guna obat. Penderita GPPH bisa mengalami gangguankepribadian antisosial yang permanen.Staf pengajar Departemen Psikiatri Fakultas KedokteranUniversitas Indonesia dr Ika Widyawati SpKJ menambahkan bahwa GPPHyang berlanjut sampai dewasa berdampak lebih berat.Penelitian di AS menunjukkan, 75 persen penyalah guna obat ataunarkotik memiliki sejarah GPPH waktu kecil yang tidak mendapatpengobatan memadai. Selain itu, 80 persen penghuni penjara adalahpenderita GPPH yang tidak terobati secara tuntas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar