Selasa, 26 Mei 2009

pengelolaan makanan bagi penderita gangguan perilaku

Gangguan perilaku sebenarnya bisa diatasi asalkan mengetahui cara memilih makanan yang tepat. Menurut Andang Gunawan, ND, ahli terapi nutrisi, hubungan antara konsumsi makanan dengan gangguan perilaku berkaitan dengan neurotransmitter. Neurotransmitter adalah kimia otak yang berfungsi sebagai pembawa pesan atau sinyal antar sel-sel saraf tubuh. Neurotransmitter juga ada di otak mau pun di pencernaan. Pesan yang diterima neurotransmitter pencernaan akan ditransfer melalui neurotransmitter-neurotransmitter sampai mencapai neurotransmitter otak.Neurotransmitter terbentuk dari asam amino triphopan, vitamin B6, vitamin C dan beberapa jenis mineral. Pembentukannya sangat tergantung pada pasokan makanan. Jika salah satu atau beberapa bahan dasar tersebut asupannya rendah, maka pembentukan fungsi neurotransmitter akan terganggu.Kenali Makanan PenyebabnyaJenis makanan yang umumnya menimbulkan gangguan perilaku adalah makanan olahan yang mengandung zat-zat aditif atau sintetis. Dan efeknya bergantung kepada daya tahan masing-masing individu (bagi orang yang sensitive sekali, reaksinya akan langsung muncul dalam bentuk gangguan perilaku). Zat-zat aditif dan zat-zat kimia sintetis ini sifatnya mem-blok atau mengganggu neurotransmitter otak dengan cara meniru cara kerja neurotransmitter otak. Sehingga mengkonsumsi makanan yang mengandung zat-zat aditif dan zat-zat sintetis akan menyebabkan timbulnya perilaku yang tak terkendali seperti mudah marah, beringas atau loyo. Bahan makanan tertentu seperti terigu (biskuit dan roti), susu dan makanan yang mengandung MSG juga dapat menimbulkan gangguan perilaku pada orang-orang tertentu.
Dr. Natasha Campbel McBride, ahli gizi sekaligus ahli saraf Amerika dalam bukunya "Gut And Psychology Syndrome menyatakan bahwa makanan yang mengandung kasein dan gluten dicurigai dapat mempengaruhi kesehatan usus pada orang-orang tertentu, terutama pada penderita autis. Kasein adalah protein yang terkandung dalam susu dan produk makanan dan oats, misalnya tepung terigu, roti, oatmeal dan mie.Bagi penderita autis, gluten dan kasein dianggap sebagai racun karena tubuh penderita autis tidak menghasilkan enzim untuk mencerna kedua jenis protein ini. Akibatnya protein yang tercerna dengan baik akan diubah menjadi komponen kimia yang disebut opioid atau opiate. Opiaid bersifat layaknya obat-obatan seperti opium, morfin, dan heroin yang bekerja sebagai toksin (racun) dan mengganggu fungsi otak dan sistem imunitas. Penderita gangguan perilaku yang terkait dengan gangguan pencernaan seperti autis disarankan untuk menjalani diet bebas gluten dan kasein atau diet GFCF (gluten free/ casein free) selama 3-6 bulan.Perubahan pola makan dan jenis makanan yang dikonsumsi merupakan cara yang efektif untuk mengatasi gangguan perilaku. Tapi karena makanan penyebab gangguan perilaku ini berbeda untuk masing-masing orang, sebaiknya Anda harus benar-benar menandai dan mengenali jenis makanan penyebab gangguan perilaku. Dan yang juga sangat perlu diketahui, gangguan perilaku yang disebabkan makanan bisa terjadi pada orang dewasa!Nah, kenali makanan yang bisa membahayakan neurotransmitter Anda dan jagalah kesehatan pencernaan Anda dengan menjalankan pola makan yang benar. Yogurt, kefir, susu fermentasi dapat meningkatkan bakteri baik dalam usus. Jangan lupa mengkonsumsi sayuran, buah-buahan sebagai sumber vitamin, mineral dan antioksidan.
4 jenis neurotransmitter yang berhubungan dengan perilaku dan makanan, yaitu:
a. Serotonin, yang mempengaruhi nafsu makan dan mood. Jika kurang akan membuat sedih, lemah, malas. Jika berlebihan akan membuat beringas dan hiperaktif.
b. Asetilkolin, mempengaruhi kemampuan konsentrasi dan belajar.
c. Dopamin & neropinefrin, menjaga agar tetap bersemangat, waspada, termotivasi, dan kuat menjalani aktivitas.
Bagi bayi pola bakteri dalam usus sangat mampengaruhi kondisi tubuhnya. Kesehatan pencernaan juga dipengaruhi oleh pola makan dan pelayanan kesehatan modern. Pola makan modern yang gemar mengkonsumsi makanan instan dan mengandung gula yang diproses (refined sugar) akan memberi makan kepada bakteri jahat.Bahan aditif seperti MSG, zat pengawet dan zat pewarna juga berpengaruh pada perkembangbiakan bakteri jahat. Konsumsi obat dan antibiotik yang berlebihan juga akan menghancurkan. Konsumsi obat dan antibiotik yang berlebih juga akan menghancurkan bakteri baik dan menghancurkan bakteri jahat untuk semakin banyak berkembang. Polusi lingkungan, bahan kimia, logam berat dan toksin dalam makanan juga menyebabkan gangguan pada pola koloni bakteri yang hidup dalam usus.
Menurut Dr Cosford, pola koloni bakteri di dalam usus seseorang ditentukan saat kelahiran. "Ketika bayi dilahirkan secara normal lewat vagina ibunya, bayi itu akan mendapatkan pola bakteri yang sama dengan ibunya. Jika ibunya mempunyai pola bakteri yang baik, maka bayi itu juga akan mempunyai pola bakteri yang baik. Tetapi kenyataannya, gaya hidup modern membuat pola bakteri dari ibu hamil zaman sekarang justru semakin buruk."Pola makan modern dan konsumsi aneka obat serta suplemen yang diberikan kepada ibu hamil akan mengubah pola bakteri usus dan berpengaruh pada pola bakteri bayi yang dilahirkan.Di zaman sekarang banyak bayi yang dilahirkan lewat operasi caesar, padahal ini juga akan berpengaruh pada pola bakteri usus bayi. Dr. Cosford mengatakan bahwa bayi yang lahir lewat operasi caesar bahkan sama sekali tidak mendapat bakteri usus dari ibunya. Bayi ini akan memiliki pola bakteri yang sama sekali berbeda dari ibunya dan biasanya akan menyebabkan kondisi kesehatan bayi kurang baik dibandingkan bayi yang lahir normal.Memberikan ASI ekslusif selama 6 bulan awal kelahiran merupakan solusi dan kesempatan terbaik untuk meningkatkan populasi bakteri baik dalam usus bayi demi kesehatannya di masa depan. Menurut penelitian, bayi yang diberi susu formula memiliki resiko lebih besar terkena infeksi telinga, alergi, asma dan masalah kesehatan dibandingkan bayi yang diberi ASI ekslusif. Karena itu, sebaiknya tetap berikan ASI eksklusif pada bayi Anda, terutama bila dilahirkan lewat operasi caesar. Dan jangan lupa, tingkatkan konsumsi minuman probiotik seperti yogurt, kefir, dan susu fermentasi lainnya untuk meningkatkan jumlah bakteri baik dalam usus.

autisme

Autisme diklasifikasikan sebagai ketidaknormalan perkembangan neurologis yang menyebabkan interaksi sosial yang tidak normal, kemampuan komunikasi, pola kesukaan, dan pola sikap. Autisme bisa terdeteksi pada anak berumur paling sedikit 1 tahun. Autisme empat kali lebih banyak menyerang anak laki-laki dari pada anak perempuan.

Tanda - tanda Autisme

- tidak bisa menguasai atau sangat lamban dalam penguasaan bahasa sehari-hari
- hanya bisa mengulang-ulang beberapa kata
- mata yang tidak jernih atau tidak bersinar
- tidak suka atau tidak bisa atau atau tidak mau melihat mata orang lain
- hanya suka akan mainannya sendiri (kebanyakan hanya satu mainan itu saja yang dia mainkan)
- serasa dia punya dunianya sendiri
- tidak suka berbicara dengan orang lain
- tidak suka atau tidak bisa menggoda orang lain

Penyebab Autisme

Penyebab Autisme sampai sekarang belum dapat ditemukan dengan pasti. Banyak sekali pendapat yang bertentangan antara ahli yang satu dengan yang lainnya mengenai hal ini. Ada pendapat yang mengatakan bahwa terlalu banyak vaksin Hepatitis B yang termasuk dalam MMR (Mumps, Measles dan Rubella )bisa berakibat anak mengidap penyakit autisme. Hal ini dikarenakan vaksin ini mengandung zat pengawet Thimerosal, yang terdiri dari Etilmerkuri yang menjadi penyebab utama sindrom Autisme Spectrum Disorder. Tapi hal ini masih diperdebatkan oleh para ahli. Hal ini berdebatkan karena tidak adanya bukti yang kuat bahwa imunisasi ini penyebab dari autisme, tetapi imunisasi ini diperkirakan ada hubungannya dengan Autisme

ADHD

attention deficit hyperactivity disorder (ADHD) atau gangguanpemusatan perhatian dan hiperaktivitas (GPPH). Gangguan ini pertama kali dideskripsikan oleh Heinrich Hoffman,penulis buku kedokteran dan psikiatri, tahun 1845. Karena kesulitanmendapatkan buku bacaan yang sesuai bagi anaknya, ia lantas menulisbuku untuk anak. Bukunya, The Story of Fidgety Philip, merupakandeskripsi akurat tentang seorang anak kecil yang mengalami GPPH.Namun, bahasan ilmiah tentang GPPH baru dilakukan tahun 1902dengan terbitnya buku Sir George F Still tentang seri kuliahnya diThe Royal College of Physicians, Inggris. Sejak itu ribuan makalahdipublikasikan para ilmuwan untuk memaparkan gejala, penyebab,gangguan, dan pengobatan GPPH.Menurut Dwidjo Saputro, pendiri Klinik Perkembangan Anak danKesulitan Belajar, GPPH adalah gangguan neurobehavioural ataugangguan perilaku akibat gangguan fisik di otak. Jadi bukan akibatsalah asuhan.Gangguan ini disebut juga gangguan fungsi kognitif danpengendalian impuls. Manifestasinya, anak tidak mampu berkonsentrasidan sangat impulsif atau tidak mampu membuat pertimbangan sebelumbertindak.Cirinya, selain tidak bisa diam, anak juga meledak-ledak danbersikap agresif. Anak tidak mampu berkonsentrasi dan menyelesaikantugas, sering kehilangan alat sekolah, kesulitanmematuhi perintah,banyak bicara tetapi kacau, gaduh, gelisah, dan sering menggangguorang lain.

Gangguan sel otak

Dwidjo mengutip teori pakar psikiatri dari AS, Russel Barkley.Penderita GPPH mengalami gangguan fungsi eksekutif, yaitu merancang,mempertimbangkan, dan melaksanakan suatu tindakan. Kelainan initerjadi pada struktur terdepan dari otak depan (prefrontal cortex). Menurut Dwidjo, penelitian menunjukkan pemberian obat bisameningkatkan fungsi eksekutif. Obat berfungsi meningkatkan sintesadan pelepasan dopamine dan norepinephrine.Kemajuan dunia kedokteran memungkinkan penelitian menggunakanPositron Emission Tomography Scan. Dari pencitraan tampak strukturotak anak GPPH berbeda dengan anak normal.Pada anak dengan GPPH ditemukan dopamine transporter (DAT1) dandopamine reseptor (DRD4) yang mengganggu transportasi dan penerimaandopamine di sel otak. Dalam hal ini pompa yang mengatur keseimbanganpengeluaran dan penarikan kembali dopamine bekerjaterlalu cepatsehingga dopamine yang bertugas mengirim data tidak terdistribusi danmasuk ke sel lain dengan baik.Selain GPPH murni, GPPH bisa juga disebabkan oleh kondisi mediklai,n seperti epilepsi atau keterbelakangan mental. Karena itu,dokter harus memeriksa secara teliti.Menurut booklet yang diterbitkan National Institute of MentalHealth, AS, ada tiga subtipe GPPH, yaitu tipe hiperaktif-impulsif,tipe inatentif (tidak mampu berkonsentrasi), dan tipe kombinasi.Dwidjo menyatakan, prevalensi umum GPPH dunia adalah 5-8 persen.Di Indonesia belum ada angka resmi, tetapi penelitian Dwidjo tahun2001-2004 pada 4.013 anak di 10 SD di Jakarta menunjukkan, 25,2persen siswa memperlihatkan indikasi GPPH. Rinciannya, 15 persensulit berkonsentrasi (tipe inatentif) dan sisanya terbagi antara tipehiperaktif-impulsif serta tipe kombinasi."GPPH perlu segera diobati. Jika tidak, bisa menimbulkan dampak.Di keluarga, hal ini menyebabkan anak mengalami kesulitan belajar danorangtua frustrasi. Di sekolah, anak GPPH bisa dicap sebagai anaknakal,bodoh, atau malas," ujar Dwidjo.Anak GPPH perlu mendapat obat untuk membantu meningkatkankemampuan belajar dan mengontrol perilaku. Dengan bertambahnya usia,fungsi eksekutif bisa membaik, anak bisa berkonsentrasi dan perilakulebih terkendali sehingga pemberian obat bisa dihentikan.Jika anak yang tidak mendapat pengobatan secara baik, GPPH bisaberlanjut sampai remaja dan dewasa. Remaja GPPH cenderung mengalamikecelakaan akibat kurang hati-hati, terlibat kenakalan remaja ataumenjadi penyalah guna obat. Penderita GPPH bisa mengalami gangguankepribadian antisosial yang permanen.Staf pengajar Departemen Psikiatri Fakultas KedokteranUniversitas Indonesia dr Ika Widyawati SpKJ menambahkan bahwa GPPHyang berlanjut sampai dewasa berdampak lebih berat.Penelitian di AS menunjukkan, 75 persen penyalah guna obat ataunarkotik memiliki sejarah GPPH waktu kecil yang tidak mendapatpengobatan memadai. Selain itu, 80 persen penghuni penjara adalahpenderita GPPH yang tidak terobati secara tuntas.

Tuna Laras

Pengertian

Tuna LarasBukan masalah yang sederhana untuk menentukan batasan mengenai anak yang mengalami gangguan tingkah laku atau lebih dikenal dengan istilah tuna laras. Hingga kini belum ada suatu defenisi yang dapat diterima secara umum serta memuaskan semua pihak. Kenyataan batasan atau definisi yang telah dikemukakan oleh profesional dan para ahli yang berkaitan dengan masalah ini berbeda-beda sesuai dengan sudut pandang disiplin ilmu masing-masing untuk keperluan profesionalnya. Namun demikian, hampir semua batasan yang dikemukakan oleh para ahli menganggap bahwa tuna laras menampakkan suatu perilaku penentangan yang terus-menerus kepada masyarakat, kehancuran suatu pribadi, serta kegagalan dalam belajar di sekolah (Somantri, 2006).
Anak tuna laras sering disebut juga dengan anak tuna sosial karena tingkah laku anak tuna laras menunjukkan penentangan yang terus-menerus terhadap norma-norma masyarakat yang berwujud seperti mencuri, mengganggu dan menyakiti orang lain (Somantri, 2006).
Definisi anak tuna laras atau emotionally handicapped atau behavioral disorder lebih terarah berdasarkan definisi dari Eli M Bower (1981) yang menyatakan bahwa anak dengan hambatan emosional atau kelainan perilaku, apabila menujukkan adanya satu atau lebih dari lima komponen berikut ini: tidak mampu belajar bukan disebabkan karena faktor intelektual, sensori atau kesehatan; tidak mampu untuk melakukan hubungan baik dengan teman-teman dan guru-guru; bertingkah laku atau berperasaan tidak pada tempatnya; secara umum mereka selalu dalam keadaan tidak gembira atau depresi; dan bertendensi ke arah simptom fisik seperti merasa sakit atau ketakutan yang berkaitan dengan orang atau permasalahan di sekolah (Delphie, 2006).
Dari banyak pendapat menurut para ahli, maka dapat disimpulkan bahwa anak tuna laras adalah anak yang mengalami hambatan emosi dan tingkah laku sehingga kurang dapat atau mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan baik terhadap lingkungannya dan hal ini akan mengganggu situasi belajarnya. Situasi belajar yang mereka hadapi secara monoton akan mengubah perilaku bermasalahnya menjadi semakin berat (Somantri, 2006).

Klasifikasi
Secara garis besar anak tuna laras dapat diklasifikasikan menjadi anak yang mengalami kesukaran dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial dan anak yang mengalami gangguan emosi. Sehubungan dengan itu, William M.C (1975) mengemukakan kedua klasifikasi tersebut antara lain sebagai berikut:1. anak yang mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial:
a. The Semi-socialize child, anak yang termasuk dalam kelompok ini dapat mengadakan hubungan sosial tetapi terbatas pada lingkungan tertentu. Misalnya: keluarga dan kelompoknya. Keadaan seperti ini datang dari lingkungan yang menganut norma-norma tersendiri, yang mana norma tersebut bertentangan dengan norma yang berlaku di masyarakat. Dengan demikian anak selalu merasakan ada suatu masalah dengan lingkungan di luar kelompoknya.
b. Children arrested at a primitive level of socialization, anak pada kelompok ini dalam perkembangan sosialnya, berhenti pada level atau tingkatan yang rendah. Mereka adalah anak yang tidak pernah mendapat bimbingan kearah sikap sosial yang benar dan terlantar dari pendidikan, sehingga ia melakukan apa saja yang dikehendakinya. Hal ini disebabkan karena tidak adanya perhatian dari orang tua yang mengakibatkan perilaku anak di kelompok ini cenderung dikuasai oleh dorongan nafsu saja. Meskipun demikian mereka masih dapat memberikan respon pada perlakuan yang ramah.
c. Children with minimum socialization capacity, anak kelompok ini tidak mempunyai kemampuan sama sekali untuk belajar sikap-sikap sosial. Ini disebabkan oleh pembawaan/kelainan atau anak tidak pernah mengenal hubungan kasih sayang sehingga anak pada golongan ini banyak bersikap apatis dan egois.
2. Anak yang mengalami gangguan emosi, terdiri dari:
a. neurotic behavior, anak pada kelompok ini masih bisa bergaul dengan orang lain akan tetapi mereka mempunyai masalah pribadi yang tidak mampu diselesaikannya. Mereka sering dan mudah dihinggapi perasaan sakit hati, perasaan cemas, marah, agresif dan perasaan bersalah. Disamping juga kadang mereka melakukan tindakan lain seperti mencuri dan bermusuhan. Anak seperti ini biasanya dapat dibantu dengan terapi seorang konselor. Keadaan neurotik ini biasanya disebabkan oleh sikap keluarga yang menolak atau sebaliknya, terlalu memanjakan anak serta pengaruh pendidikan yaitu karena kesalahan pengajaran atau juga adanya kesulitan belajar yang berat.
b. children with psychotic processes, anak pada kelompok ini mengalami gangguan yang paling berat sehingga memerlukan penanganan yang lebih khusus. Mereka sudah menyimpang dari kehidupan yang nyata, sudah tidak memiliki kesadaran diri serta tidak memiliki identitas diri. Adanya ketidaksadaran ini disebabkan oleh gangguan pada sistem syaraf sebagai akibat dari keracunan, misalnya minuman keras dan obat-obatan

disgrafia

DISGRAFIA

Kelainan neurologis ini menghambat kemampuan menulis yang meliputi hambatan secara fisik, seperti tidak dapat memegang pensil dengan mantap ataupun tulisan tangannya buruk. Anak dengan gangguan disgrafia sebetulnya mengalami kesulitan dalam mengharmonisasikan ingatan dengan penguasaan gerak ototnya secara otomatis saat menulis huruf dan angka.
Kesulitan dalam menulis biasanya menjadi problem utama dalam rangkaian gangguan belajar, terutama pada anak yang berada di tingkat SD. Kesulitan dalam menulis seringkali juga disalahpersepsikan sebagai kebodohan oleh orang tua dan guru. Akibatnya, anak yang bersangkutan frustrasi karena pada dasarnya ia ingin sekali mengekspresikan dan mentransfer pikiran dan pengetahuan yang sudah didapat ke dalam bentuk tulisan. Hanya saja ia memiliki hambatan.
Sebagai langkah awal dalam menghadapinya, orang tua harus paham bahwa disgrafia bukan disebabkan tingkat intelegensi yang rendah, kemalasan, asal-asalan menulis, dan tidak mau belajar. Gangguan ini juga bukan akibat kurangnya perhatian orang tua dan guru terhadap si anak, ataupun keterlambatan proses visual motoriknya.

Ciri-ciri

Ada beberapa ciri khusus anak dengan gangguan ini. Di antaranya adalah:
1. Terdapat ketidakkonsistenan bentuk huruf dalam tulisannya.
2. Saat menulis, penggunaan huruf besar dan huruf kecil masih tercampur.
3. Ukuran dan bentuk huruf dalam tulisannya tidak proporsional.
4. Anak tampak harus berusaha keras saat mengkomunikasikan suatu ide, pengetahuan, atau pemahamannya lewat tulisan.
5. Sulit memegang bolpoin maupun pensil dengan mantap. Caranya memegang alat tulis seringkali terlalu dekat bahkan hampir menempel dengan kertas.
6. Berbicara pada diri sendiri ketika sedang menulis, atau malah terlalu memperhatikan tangan yang dipakai untuk menulis.
7. Cara menulis tidak konsisten, tidak mengikuti alur garis yang tepat dan proporsional.
8. Tetap mengalami kesulitan meskipun hanya diminta menyalin contoh tulisan yang sudah ada.

Penanganan

Ada beberapa hal yang bisa dilakukan orang tua untuk membantu anak dengan gangguan ini. Di antaranya:
1. Pahami keadaan anak
Sebaiknya pihak orang tua, guru, atau pendamping memahami kesulitan dan keterbatasan yang dimiliki anak disgrafia. Berusahalah untuk tidak membandingkan anak seperti itu dengan anak-anak lainnya. Sikap itu hanya akan membuat kedua belah pihak, baik orang tua/guru maupun anak merasa frustrasi dan stres. Jika memungkinkan, berikan tugas-tugas menulis yang singkat saja. Atau bisa juga orang tua meminta kebijakan dari pihak sekolah untuk memberikan tes kepada anak dengan gangguan ini secara lisan, bukan tulisan.
2. Menyajikan tulisan cetak
Berikan kesempatan dan kemungkinan kepada anak disgrafia untuk belajar menuangkan ide dan konsepnya dengan menggunakan komputer atau mesin tik. Ajari dia untuk menggunakan alat-alat agar dapat mengatasi hambatannya. Dengan menggunakan komputer, anak bisa memanfaatkan sarana korektor ejaan agar ia mengetahui kesalahannya.
3. Membangun rasa percaya diri anak
Berikan pujian wajar pada setiap usaha yang dilakukan anak. Jangan sekali-kali menyepelekan atau melecehkan karena hal itu akan membuatnya merasa rendah diri dan frustrasi. Kesabaran orang tua dan guru akan membuat anak tenang dan sabar terhadap dirinya dan terhadap usaha yang sedang dilakukannya.
4. Latih anak untuk terus menulis
Libatkan anak secara bertahap, pilih strategi yang sesuai dengan tingkat kesulitannya untuk mengerjakan tugas menulis. Berikan tugas yang menarik dan memang diminatinya, seperti menulis surat untuk teman, menulis pada selembar kartu pos, menulis pesan untuk orang tua, dan sebagainya. Hal ini akan meningkatkan kemampuan menulis anak disgrafia dan membantunya menuangkan konsep abstrak tentang huruf dan kata dalam bentuk tulisan konkret.

diskalkulia

DISKALKULIA

Anak yang mengalami kesulitan belajar matematika perlu ditentukan kesulitan yang dialami oleh anak. apakah kesulitan yang dialami dalam proses menghitung, konsep matematika karena masalah bahasa, gangguan persepsi visual-spasial, kesulitan menulis, kesulitan orientasi kanan-kiri, kesulitan menunjukkan arah, masalah urutan, gangguan memori, dan cara menyelesaikan soal matematika. Tidak semua anak diskalkulia berkesulitan dalam proses menghitung. Jadi, guru harus benar-benar memahami kemampuan dan sifat dasar ketidakmampuannya.
GEJALA DISKALKULIABanyak anak-anak yang terdiagnosis diskalkulia memiliki riwayat kegagalan akademis yang pada akhirnya berkembang menjadi ketidakmampuan dalam belajar matematika atau merasa tidak mampu mempelajarinya. Adapun gejala-gejalanya antara lain:
a. Proses penglihatan atau visual lemah dan bermasalah dengan spasial (kemampuan memahami bangun ruang). Dia juga kesulitan memasukkan angka-angka pada kolom yang tepat.
b. Kesulitan dalam mengurutkan, misalkan saat diminta menyebutkan urutan angka. Kebingungan menentukan sisi kiri dan kanan, serta disorientasi waktu (bingung antara masa lampau dan masa depan).
c. Bingung membedakan dua angka yang bentuknya hampir sama,misalkan angka 7 dan 9, atau angka 3 dan 8. Beberapa anak juga ada yang kesulitan menggunakan kalkulator.
d. Umumnya anak-anak diskalkulia memiliki kemampuan bahasa yang normal (baik verbal, membaca, menulis atau mengingat kalimat yang tertulis).
e. Kesulitan memahami konsep waktu dan arah.Akibatnya,sering kali mereka datang terlambat ke sekolah atau ke suatu acara.
f. Salah dalam mengingat atau menyebutkan kembali nama orang.
g. Memberikan jawaban yang berubah-ubah (inkonsisten) saat diberi pertanyaan penjumlahan, pengurangan, perkalian atau pembagian. Orang dengan diskalkulia tidak bisa merencanakan keuangannya dengan baik dan biasanya hanya berpikir tentang keuangan jangka pendek.Terkadang dia cemas ketika harus bertransaksi yang melibatkan uang (misalkan di kasir).
h. Kesulitan membaca angka-angka pada jam, atau dalam menentukan letak seperti lokasi sebuah negara, kota, jalan dan sebagainya.
i. Sulit memahami not-not dalam pelajaran musik atau kesulitan dalam memainkan alat musik. Koordinasi gerak tubuhnya juga buruk, misalkan saat diminta mengikuti gerakan-gerakan dalam aerobik dan menari. Dia juga kesulitan mengingat skor dalam pertandingan olahraga.
Deteksi diskalkulia bisa dilakukan sejak kecil, tapi juga disesuaikan dengan perkembangan usia. Anak usia 4- 5 tahun biasanya belum diwajibkan mengenal konsep jumlah, hanya konsep hitungan Sementara anak usia 6 tahun ke atas umumnya sudah mulai dikenalkan dengan konsep jumlah yang menggunakan simbol seperti penambahan (+) dan pengurangan (-). Jika pada usia 6 tahun anak sulit mengenali konsep jumlah, maka kemungkinan nantinya dia akan mengalami kesulitan berhitung. Proses berhitung melibatkan pola pikir serta kemampuan menganalisis dan memecahkan masalah. Faktor genetik mungkin berperan pada kasus diskalkulia, tapi faktor lingkungan dan simulasi juga bisa ikut menentukan. Alat peraga juga sangat bagus untuk digunakan, karena dalam matematika menggunakan simbol-simbol yang bersifat abstrak. Jadi, supaya lebih konkret digunakan alat peraga sehingga anak lebih mudah mengenal konsep matematika itu sendiri.

PEMBAHASAN

Sindrom sulit belajar pada anak bisa disembuhkan dengan metode yang tepat bagi anak. Pada dasarnya anak memiliki dorongan untuk belajar, tapi terkadang dihalangi oleh keterbatasan. Mungkin anak mengalami kesulitan belajar (learning disabilities). Kondisi merupakan gangguan proses psikologi dasar yang disebabkan kelainan fungsi pada sistem saraf di otak. Gangguan ini ditampakkan pada ketidaksempurnaan membaca, menulis, berbicara atau yang berhubungan dengan bahasa dan berhitung.Jangan segera menyalahkan jika anak mengalami kesulitan belajar. Seorang anak dengan gangguan belajar memiliki masalah pada kemampuan meta kognisi, yaitu sulit mengatur pemahaman ketika menerima informasi atau salah memberikan respon. Gangguan belajar pada anak tidak selalu terkait dengan kekurangan, seperti autisme atau down syndrome. Dalam kesulitan belajar dibagi menjadi tiga jenis, yaitu kesulitan belajar membaca (disleksia), kesulitan belajar menulis (disgrafia), dan kesulitan belajar matematika (diskalkulia). Dalam makalah ini hanya akan membahas mengenai kesulitan belajar matematika (diskalkulia).Kesulitan belajar matematika disebut juga diskalkulia (dyscalculis) (Lerner, 1988). Istilah diskalkulia memiliki konotasi medis, yang memandang adanya keterkaitan dengan gangguan system saraf pusat. Diskalkulia yaitu gangguan pada kemampuan kalkulasi secara sistematis, yang dibagi menjadi bentuk kesulitan berhitung dan kesulitan kalkulasi. Biasanya anak juga tidak memahami proses matematis, yang ditandai dengan kesulitan mengerjakan tugas yang melibatkan angka atau simbol matematis.Diskalkulia juga bisa terjadi akibat adanya kelainan di otak, ini merupakan kelainan spesifik. Penyebab diskalkulia dikarenakan adanya kelemahan proses penglihatan atau visualisasi, misalnya anak sulit fokus pada pelajaran atau permainan. Matematika membutuhkan prosedur penyelesaian yang berurut mengikuti pola-pola tertentu, anak diskalkulia sulit mengikuti prosedur tersebut. Bisa jadi anak fobia matematika, adanya keyakinan bahwa dia tidak bisa matematika. Mungkin disebabkan karena trauma dari pelajaran matematika, bisa dari sistem pengajaran di sekolah atau di rumah.Adapun gejala lain yang timbul pada anak yang mengalami diskalkulia, antara lain:
 Sulit melakukan hitungan matematis, misalnya menghitung jumlah uang kembalian. Lambat laun anak akan takut memegang uang atau menghindari transaksi.
 Kesulitan menggunakan konsep waktu, anak bingung mengurutkan masa lampau dan masa sekarang.
 Ketika pelajaran olahraga, anak sulit menghitung skor pertandingan.
Kekeliruan umum yang dilakukan oleh anak berkesulitan belajar matematikaAgar dapat membantu anak berkesulitan belajar matematika, kita perlu mengenal kesalahan umum yang dilakukan oleh anak dalam menyelesaikan tugas-tugas dalam bidang studi matematika. Beberapa kekeliruan umum tersebut menurut Lerner (1981) adalah kekurang pahaman anak tentang :
 SimbolAnak diskalkulia akan mengalami kesulitan jika dihadapkan pada soal-soal seperti 4 + …= 7, daripada soal seperti 4 + 3 = … Kesulitan semacam ini umumnya karena anak tidak memahami simbol-simbol (=), (≠), (+), (-).
 Nilai tempatAnak yang diskalkulia belum memahami nilai tempat seperti satuan, puluhan, ratusan, dst.
 Penggunaan proses yang keliruKekeliruan dalam penggunaan proses perhitungan dapat dilihat pada cuntoh berikut:6 152 x 3 -8 18
 PerhitunganJika anak belum mengenal dengan baik konsep perkalian, tetapi mencoba menghafal perkalian tersebut.
 Tulisan yang tidak dapat dibacaAnak yang tidak bias membaca tulisannya sendiri karena bentuk-bentuk hurufnya tidak tepat atau tidak lurus mengikuti garis.
Biasanya anak-anak yang mengalami kesulitan belajar spesifik (termasuk diskalkulia) akan dites dengan standard progressive matrices (SPM) yang merupakan suatu tes inteligensi bagi anak-anak usia 7-12 tahun (siswa Kelas 2 dan 3 SD), atau tes coloured progressive matrices (CPM) untuk siswa Kelas 1 SD. Jika hasil diagnosis, tes dan assesment menyatakan anak menderita diskalkulia, maka harus ada treatment dan metode penyampaian khusus yang bisa membuat dia lebih paham.

PENANGANAN DISKALKULIA

Penangani diskalkulia dapat menggunakan terapi dan pendidikan remidial dengan tujuan untuk menyisihkan masalah yang dihadapi sehingga dapat membantu mencapai potensi anak secara maksimal. Sehingga menanganinya harus berdasarkan tingkat kesulitan atau defisit yang sesuai dengan usianya.Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menangani diskalkulia, antara lain:
 Gunakan gambar, grafik, atau kata-kata untuk membantu pemahaman anak. Misalnya, ibu membeli jeruk seharga lima ribu, gambarkan buah jeruk dan uang kertas senilai lima ribu. Hubungkan konsep matematika dengan kehidupan sehari-hari. Misalnya ketika menghitung piring sehabis makan atau mengelompokkan benda sesuai dengan warna lalu menjumlahkannya dapat mempermudah anak berhitung.
 Buat pelajaran matematika menjadi sesuatu yang menarik. Anda bisa menggunakan media komputer atau kalkulator. Lakukan latihan secara kontinyu dan teratur.Cara mengatasi diskalkulia bisa dengan cara mengubah pembelajaran supaya memori bisa hidup kembali. Misalkan, penggunaan warna-warna yang melambangkan angka. Kelainan diskalkulia juga bisa berkomplikasi dengan kelainan lain, misalnya autis. Anak-anak dengan kesulitan belajar belum tentu bodoh, tapi bisa jadi dia mengalami kelainan komunikasi, sosialisasi, dan kreativitas seperti yang terjadi pada anak autis, Diskalkulia juga terkadang dikaitkan dengan ketidakseimbangan orientasi otak kanan dan kiri yang imbasnya menimbulkan kesulitan orientasi matematika. Aktivitas fisik diduga ada hubungannya dengan anak yang kesulitan geometri atau bangun ruang. Ada juga yang mengatakan bahwa diskalkulia terkait dengan kelainan pada motorik sehingga terapi bisa diberikan untuk memperbaiki saraf motoriknya.

KESIMPULAN

Kesulitan belajar matematika disebut juga diskalkulia (dyscalculis) (Lerner, 1988). Diskalkulia yaitu gangguan pada kemampuan kalkulasi secara sistematis, yang dibagi menjadi bentuk kesulitan berhitung dan kesulitan kalkulasi.Penyebab diskalkulia dikarenakan adanya kelemahan proses penglihatan atau visualisasi, misalnya anak sulit fokus pada pelajaran atau permainan. Anak diskalkulia sulit mengikuti prosedur matematika yang tergolong rumit. Adanya keyakinan bahwa dia tidak bisa matematika. Disebabkan karena trauma pelajaran matematika, atau sistem pengajaran di sekolah atau rumah.Adapun gejala anak yang mengalami diskalkulia, antara lain:
 Sulit melakukan hitungan matematis.
 Kesulitan menggunakan konsep waktu.
 Ketika pelajaran olahraga, anak sulit menghitung skor pertandingan.
 Proses penglihatan atau visual lemah dan bermasalah dengan spasial (kemampuan memahami bangun ruang).
 Kesulitan dalam mengurutkan.Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menangani diskalkulia, yaitu dengan menggunakan gambar, grafik, atau kata-kata untuk membantu pemahaman anak.
Hubungkan konsep matematika dengan kehidupan sehari-hari. Buat pelajaran matematika menjadi sesuatu yang menarik. Anda bisa menggunakan media komputer atau kalkulator. Lakukan latihan secara kontinyu dan teratur.

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman Mulyono. (2003). Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.Sidiarto Lily Djokosetio. (2007). Perkembangan Otak dan Kesultan Belajar Pada Anak. Jakarta: UI presshttp://www.jawapos.co.id/index.php?act=detail_c&id=323837http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/kids/anak-penderita-diskalkulia-les-pun-takmembantu.html
Disleksia (gangguan membaca)
DEFINISI
Disleksia adalah gangguan membaca tertentu meliputi kesulitan memisahkan kata-kata tunggal dari kelompok kata dan bagian dari kata (phonemes) dalam setiap kata. Disleksia adalah jenis tertentu dari gangguan belajar yang mempengaruhi diperkirakan 3 sampai 5 % anak-anak. Teridentifikasi lebih pada anak laki-laki dibandingkan dengan anak perempuan : bagaimanapun, bisa dengan mudah tidak dikenali lebih sering pada anak perempuan. Disleksia cenderung menurun dalam keluarga.

PENYEBAB
Disleksia terjadi ketika otak kesulitan membuat hubungan antara suara dan symbol (hurup). Kesulitan ini disebabkan oleh masalah kurang mengerti dengan hubungan otak tertentu. Masalah itu ada sejak lahir dan bisa menyebabkan mengeja dan menulis salah dan mengurangi kecepatan dan ketepatan ketika membaca dengan suara keras. Orang dengan diseleksia tidak memiliki masalah memahami bahasa yang dibicarakan.

GEJALA
Anak belum sekolah dengan disleksia bisa jadi terlambat bicara, memiliki masalah artikulasi berbicara, dan mempunyai kesulitan mengingat nama-nama huruf, angka, dan warna. Anak disleksia sering kesulitan memadukan suara, irama kata, mengenali letak suara pada kata, segmenting kata-kata ke dalam bunyi, dan mengenali bunyi huruf pada kata. Keterlambatan atau keragu-raguan dalam memilih kata-kata. Membuat kata pengganti, menamai angka dan gambar adalah indikasi awal disleksia. Masalah dengan daya ingat jangka pendek untuk suara dan untuk meletakkan suara pada perintah yang tepat sering terjadi. Banyak anak dengan disleksia bingung dengan hurup dan kata yang serupa. membalikkan huruf ketika menulis-sebagai contoh, on diganti menjadi no, dan saw diganti menjadi was-atau huruf yang membingungkan-sebagai contoh, b diganti menjadi d, w diganti menjadi m, n diganti menjadi h-sering terjadi. Meskipun begitu, banyak anak tanpa disleksia akan membalikkan hurup pada waktu taman kanak-kanak atau tingkat pertama.< Anak yang tidak mengalami kemajuan dalam keahlian mempelajari kata-kata pada kelas pertengahan atau akhir sekolah dasar harus di uji untuk disleksia.

PENGOBATAN
Pengobatan terbaik untuk mengenali kata adalah pengajaran langsung yang memasukkan pendekatan multisensori. Pengobatan jenis ini terdiri dari mengajar dengan bunyi-bunyian dengan isyarat yang bervariasi, biasanya secara terpisah dan, bila memungkinkan, sebagai bagian dari program membaca. Pengajaran tidak langsung untuk mengenali kata juga sangat membantu. Pengajaran ini biasanya terdiri dari latihan untuk meningkatkan pelafalan kata atau pengertian membaca. Anak-anak diajarkan bagaimana memproses suara-suara dengan menggabungkan suara-suara ke dalam bentuk kata-kata, dengan memisahkan kata-kata ke dalam bagian-bagian, dan dengan mengenali letak suara pada kata. Pengajaran component-skill untuk mengenali kata juga sangat membantu. Hal ini terdiri dari latihan menggabung suara-suara ke dalam bentuk kata-kata, membagi kata ke dalam bagian kata , dan untuk mengenali letak suara pada kata. Pengobatan tidak langsung, selain untuk mengenali kata, kemungkinan digunakan tetapi tidak dianjurkan. Pengobatan tidak langsung bisa termasuk penggunaan lensa diwarnai yang membuat kata-kata dan huruf-huruf bisa dibaca dengan lebih mudah, latihan gerakan mata, atau latihan penglihatan perseptual. Obat-obatan seperti piracetam juga harus dicoba. Manfaat pengobatan tidak langsung tidak terbukti dan bisa menghasilkan harapan tidak realistis dan menhambat pengajaran yang dibutuhkan.